Rabu, 17 Februari 2010
Modal Keberanian
Manusia berhak mengubah nasibnya masing-masing. Ini disadari oleh Achmad Fauzi (54), yang mulai menekuni bisnis konveksi sejak 1982. Kini, nasibnya berubah menjadi pengusaha konveksi sukses di Depok.
Perkenalan Fauzi dengan bisnis konveksi terjadi pada 28 tahun lalu. Saat itu, ia masih bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil. ”Waktu itu tiba-tiba muncul niatan untuk menekuni usaha konveksi. Dengan modal keberanian, saya mencoba membuatnya,” ujar Fauzi, pemilik usaha konveksi Bersaudara Group, saat berbincang dengan Jurnal Depok, Kamis (11/2).
Ya, benar modal keberanian. Bagaimana tidak, Fauzi mencoba menekuni usahanya hanya dengan selembar uang Rp 50 ribu. Wow! Kok bisa ya? Itulah naluri pengusaha sukses. Tidak ada yang tidak mungkin. Buktinya, Fauzi bisa.
Uang yang dianggap sebagian orang itu kecil dan tidak bisa untuk membuka usaha, di tangan dingin Fauzi bisa berkembang. Dana Rp 50 ribu itu, oleh Fauzi dibelikan beberapa meter kain untuk membuat baju.
”Mungkin orang lain menganggap uang tersebut kecil, namun tidak bagi saya. Tekad yang bulat untuk bisa maju membuat saya bisa berkembang seperti sekarang,” ungkap pria kelahiran Depok, 2 Agustus 1956 itu.
Baju kreasinya itu laku dan mampu mendapatkan tempat di hati konsumennnya. Dari situ, semangat Fauzi semakin menggelora untuk membuat rancangan baju dari hasil penjualannya tadi. Semakin hari, usahanya itupun mulai dilirik banyak pihak.
”Tidak ada struktur perusahaan yang jelas, seperti marketing dan lainnya. Justeru konveksi saya berkembang, karena kepuasan pelanggan, promosinya dari mulut ke mulut,” akunya.
Hingga sekarang, usahanya pun semakin berkembang dan sudah bisa mempekerjakan 15 orang karyawan. Bahkan, dirinya merasa bangga karena bisa menyekolahkan empat anaknya hingga sarjana dari hasil jerih payahnya. ”Anak saya sekarang ada 4. Yang pertama sampai yang ketiga, alhamdulillah sudah sarjana, yang bontot baru kelas 1 SMP,” imbuhnya.
Kiat sukses Fauzi selama lebih dari 28 tahun berkecimpung di usaha konveksi amat sederhana. ”Modal utama yang harus ada di setiap wirausahawan adalah kejujuran. Berikutnya, pererat tali silaturahmi. Kan, ada yang bilang banyak kawan, banyak rezeki,” ujar pria yang memiliki hobi olahraga itu. n
Misteri Kado Valentine
Wajah cantik dara kelahiran Depok, 20 September 1986 itu rupanya mampu memesona siapa saja yang meliriknya, terutama kaum adam. Sifat dan kepribadian Putri Sosial 2009 itu pun mampu mendapatkan hati dikalangan orang terdekatnya seperti, keluarga, kekasih, sahabat hingga teman-teman sekelilingnya.
Maka tak heran jika puluhan coklat dan bunga yang disebut-sebut sebagai pertanda kasih sayang mengalir kehadapan Rosmala Sari Dewi di saat hari Valentine tiba, yakni 14 Februari. Pengalaman itu ia rasakan sejak Mala, sapaan akrabnya, duduk dibangku kuliah.
”Sering banget aku di kasih cokelat, bunga dan boneka di hari Valentine. Contohnya Valentine tahun lalu, waktu itu aku masih kuliah di Bandung, disana aku terima 7 bunga mawar, 20 cokelat dan 1 boneka. Senangnya,” ungkap gadis lulusan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung tahun 2009 itu.
Uniknya, lanjut Mala, tidak ada satupun diantara sekian banyak orang yang memberikan hadiah Valentine itu dikenal oleh Mala. Wah, wah, wah! Benar-benar memesona. ”Ada yang ngasih langsung, ada yang lewat teman aku, ada yang taro di depan pintu kostan aku. Tapi sayangnya, aku nggak pada kenal mereka,” kata wanita yang memiliki hobi menari itu.
Tapi untuk Valentine kali ini Mala mengaku tidak terlalu berharap untuk mendapatkan hadiah Valentine seperti cokelat, bunga dan boneka. ”Aku harap sih pas hari Valentine nanti nggak ada panggilan kerja atau panggilan menari. Soalnya aku mau ngisi valentine tahun ini sama pacarku. Biar beda sama tahun sebelumnya,” terangnya.
Sebenarnya apa sih makna Valentine menurut Mala? ”Kebanyakan orang menilai Valentine sebagai hari kasih sayang, tapi menurut aku kasih sayang nggak mesti ditunjukan pada hari itu saja, melainkan di hari-hari yang lain juga,” jawabnya. n
Gatal Mulai Menyerang
Apriyadi Hidayat
Beji | Jurnal Depok
Paska banjir yang menggenangi 15 rumah di Kampung Gotong Royong RT 05/RW 14, Kemiri Muka, Beji, Kota Depok pada Jumat (12/2), kini korban banjir diserang aneka penyakit, di antaranya gatal-gatal.
Dari pantauan Jurnal Depok di lokasi kejadian, Minggu (14/2), kawasan yang digenangi luapan air Sungai Ciliwung itu memang telah surut, namun masalah baru mulai menghampiri warga, seperti kesulitan air bersih, air minum, dan makanan. Warga juga dijangkiti penyakit pusing-pusing dan gatal-gatal, terutama pada kaki.
Sejumlah warga menyesalkan lambannya saluran bantuan ke lokasi bencana. “Sejak banjir 2007, kami merasakan lambannya bantuan dari pemerintah. Kami butuh makanan dan air bersih. Apalagi penyakit pusing-pusing dan gatal-gatal mulai muncul. Kaki anak saya gatal-gatal. Saya juga kena gatal-gatal, ditambah pusing,” keluh Kurnaen, warga setempat saat ditemui Jurnal Depok, Minggu (14/2).
Penyebaran penyakit gatal dan sakit kepala ini diduga disebabkan oleh air banjir yang sempat bercampur sampah, dan terkontaminasi air limbah, juga pengaruh debu dari endapan lumpur. “Susah air bersih buat minum dan mandi. Mungkin itu juga penyebab gatal-gatal pada kami,” tambahnya.
Ia mengakui sebagian bantuan sudah tiba, kemarin. “Bantuan sih sudah datang, tapi itu kurang dan mau gimana lagi,” katanya. Menurut rencana, Senin (15/2) hari ini petugas dari Dinas Kesehatan Kota Depok akan mendatangi lokasi paska banjir di Beji itu. “Katanya besok (hari ini, red) mau ada bantuan dari Dinas Kesehatan. Mudah-mudahan nggak cuma rencana doang. Pada 2007 bisa dibilang kami terabaikan dan bantuan itu terlambat,” tutur Kurnaen.
Ia dan puluhan warga lainnya berharap, semoga uluran tangan dari para dermawan lain bisa mengalir. “Pilkada kan April ya? Semoga banyak calon yang mau bantu kami,” harapnya. n
Kebahagiaan Imlek With XL
Tanggerang | Jurnal Depok
Sebagai bentuk kepedulian kepada warga keturunan Tionghoa yang merayakan Tahun Baru Imlek 2561, PT XL Axiata (XL) Tbk melakukan kegiatan corporate social responsibility (CSR) Imlek di beberapa wilayah di Tangerang pada Jumat (12/2) dan Minggu, (14/2).
Kegiatan CSR yang dilakukan berupa pembagian paket Imlek berisi angpao dan busana Imlek untuk 100 orang warga keturunan Tionghoa, masing-masing di Kecamatan Neglasari dan Desa Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang, Banten.
”Kegiatan CSR Imlek XL ini merupakan bagian dari kepedulian XL terhadap warga keturunan Tionghoa yang kurang mampu dalam merayakan Imlek, yang merupakan hari besar bagi mereka. Kami juga ingin ikut berbagi kebahagiaan dengan warga masyarakat melalui kegiatan ini, dan kami berharap kegiatan ini dapat memberikan manfaat kepada mereka,” kata Lambang Budi Setiawan, GM Sales Operations XL JabodetabeK 2 dalam keterangan resminya kepada Jurnal Depok, Senin (15/2).
Selain kegiatan sosial, lanjut Budi, XL juga menggelar beberapa kegiatan Imlek berupa hiburan bagi warga di Neglasari, Teluk Naga, serta Cipondoh Indah, Tangerang, dan Perguruan Budhi, Karawaci dari 12 - 25 Februari 2010. Bentuk kegiatannya antara lain berupa pertunjukan barongsay dan aneka games seperti lomba makan nasi pakai sumpit, lomba memasukkan kelereng ke botol dengan sumpit, tebak Imlek dan sebagainya.
“Di tahun sebelumnya pada perayaan Imlek, XL juga melakukan kegiatan sosial. Hanya saja lebih difokuskan untuk dunia pendidikan, terutama di sekolah-sekolah yang didominasi warga keturunan Tionghoa,” katanya. n
Konser Cinta, Dahsyat!
Margonda | Jurnal Depok
Gelaran ‘Konser Cinta’ yang di pusat perbelanjaan kenamaan Depok Town Square (Detos) yang bekerjasama dengan POP FM dan Jurnal Depok, beberapa waktu lalu ternyata mampu menyedot perhatian kaum muda kota ini.
Sebagian besar penonton datang berpasangan. Maklum konser itu digelar dalam rangka menyemarakkan hari Valentine serta Tahun Baru Imlek 2561.
Penonton juga tak ingin ketinggalan menonton aksi panggung idola pengisi acara. “Aku lagi nungguin Adly Fairuz manggung. Abis ganteng sih dia,” kata Siska (17) warga Pancoran Mas yang datang bersama Iman, sang kekasih.
Selain Adly Fairuz dengan The Adly’s-nya, ada juga penampilan dari Helios, Sembilan Band, Black Out, Sticker dan band-band kenamaan lainnya. Penonton pun larut dalam suasana penuh cinta, ditambah lagi lagu-lagu yang mereka bawakan hampir seluruhnya bertemakan tentang cinta yang akrab dalam kehidupan sehari-hari.
Saat The Adly’s melantunkan Maaf Karena Cinta, misalnya. Para penonton melambaikan tangannya sembari ikut berdedang dengan lagu tersebut. Tak jarang, Adly pun mengulurkan mikrofonnya kepada penonton untuk ikut serta menyanyi bersama. Wow! Benar-benar dahsyat.
Ferry Nurdin, Manager Marketing Communication Detos mengatakan bergembira karena bisa menghibur banyak pengunjung. “Saya bergembira karena pengunjung terhibur lewat rangkaian acara yang kami selenggarakan dalam rangka Imlek serta Valentine,” katanya.
Pada tanggal 26 Februari mendatang akan diselenggarakan Festival Nasyid dalam rangka menyambut Maulid Nabi Muhammad. Sehari berikutnya, digelar kompetisi dance dengan tema ‘Spirit of Love’ dan penampilan sekolah drum milik drumer kenamaan, Gilang Ramadhan. n
Bantuan Mengalir
Apriyadi Hidayat
Beji | Jurnal Depok
Korban banjir Kemiri Muka, Beji, Selasa (16/2) sedikit lega dan tersenyum senang, karena bantuan mengalir silih berganti dari para dermawan, baik yang datang menjenguk maupun yang mengisi kotak peduli banjir yang dibuka secara spontan di sisi Jalan Juanda.
Uluran tangan dermawan itu memang sangat dinantikan warga yang menjadi korban banjir akibat meluapnya Ciliwung, Jumat (12/2). Obat gatal yang dibutuhkan warga, kemarin sudah tiba, dan para orangtuapun dengan seksama mengoleskan obat tersebut ke bagian badan bayi dan para balita serta anak-anak yang terserang penyakit itu. Di samping itu, korban banjir juga sedikit lega karena bantuan sembako dan air mineral juga mengalir. Kini, warga masih butuh air bersih untuk mandi, cuci, dan buang hajat.
pengobatan, sembako serta air bersih.
Jurnal Depok yang terus-menerus mewartakan sisi lain dari kehidupan 15 KK yang rumahnya tergenang banjir akibat meluapnya Ciliwung itu dinilai warga efektif mendatangkan simpati dari para dermawan. “Terimakasih Jurnal Depok, ternyata media ini sangat efektif menjadi motivator publik untuk kegiatan kemanusiaan kali ini,” ungkap Mashadi, ketua RT 05/RW 14 Kemiri Muka, Beji, Kota Depok, Selasa (16/2).
Tak terkecuali Dinas Kesehatan Kota Depok, kemarin juga mengutus tim medis untuk membuka posko kesehatan di lokasi korban banjir itu. Tepat pukul 08.00 WIB, tim medis Dinkes beserta kader Puskesmas Kemiri Muka dibantu oleh tiga orang mahasiswa Universitas Indonesia memeriksa kesehatan warga di Kampung Gotong Royong RT 05/ RW 14, Kemiri Muka, Beji.
Wargapun menyambut antusias aksi tulus tim medis tersebut. Mereka langsung membawa anggota keluarganya ke posko kesehatan. “Sebanyak 19 orang terserang penyakit, seperti diare, gatal-gatal, pilek dan batuk,” ungkap Ani Haryati (30), ibu RT setempat ketika ditemui Jurnal Depok, Selasa (16/2).
Tak lama berselang, Farida Rachmayanti, anggota DPRD Kota Depok Dapil Beji dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tiba ke lokasi banjir, dengan membawa paket sembako. Paket tersebut berisikan beras, sarden, gula, kecap, dan minyak goreng. Sebanyak 25 paket langsung dibagikan kepada warga RT 5 yang berjumlah 75 jiwa.
Empat jam kemudian, tepat pukul 14.00 WIB, bakal calon Wakil Walikota Depok Rumanul Hidayat hadir bersama timnya dan langsung meninjau lokasi bencana. “Tadi saya juga sempat berbincang dengan beberapa warga bahwa banjir ini merupakan banjir tahunan sejak 1996. Ini harus ditangani secepatnya, termasuk kemungkinan warga direlokasi. Dalam waktu dekat ini, saya akan menyalurkan bantuan yang dibutuhkan warga setempat,” kata Ramanul, berjanji. n Apriyadi Hidayat
Pemkot Bantu 42 Paket
Walikota Minta Warga Siaga Satu
Menjelang petang, bantuan terus mengalir. Kali ini dari Pemerintah Kota Depok, PMI Cabang Depok serta Badan Kesejahteraan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Depok.
Hany Hamidah, kepala Bagian Humas dan Protokoler Pemkot Depok hadir mewakili Walikota Depok Nur Mahmudi Isma’il. Ia mengatakan, Pemkot bukan tidak tanggap dalam membantu korban bencana, melainkan harus melakukan proses pendataan dan peninjauan terlebih dahulu.
“Setelah kami data, sekarang baru bisa diberikan bantuannya. Total ada 42 paket bantuan, yang masing-masing berupa 42 dus mie instan, 42 dus air mineral serta 42 kantong beras yang masing-masing berisi 5 kilogram,” terang Hamidah kepada Jurnal Depok, Selasa (16/2).
Paket-paket selanjutnya langsung disalurkan ke tempat yang tertimpa banjir, seperti Kelurahan Kemiri Muka 20 paket, Kelurahan Pondok Cina 5 paket dan Kelurahan Tirta Jaya sebanyak 17 paket. “Besok (hari ini, red) PMI juga akan melakukan penyemprotan desinfektan di sekitar lokasi bencana,” katanya.
Hamidah menyampaikan pesan walikota kepada warga, bahwa meski banjir telah surut, warga diminta siaga satu, karena musim hujan belum berakhir. “Pak Wali juga berpesan agar komunikasi dengan penjaga pintu air harus selalu dilakukan untuk meminimalisir jatuhnya korban jiwa. Dan posko-posko bencana juga harus siap siaga,” ujar Hamidah menirukan pesan Walikota.
Sementara itu, persis di seberang lokasi bencana, petugas dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kemiri Muka mendirikan posko bencana guna memantau perkembangan sungai dan korban banjir. “Di sini kami juga menerima dan menyalurkan bantuan dari berbagai pihak yang ingin menyumbang,” ujar Rahman Hakim, Wakil Sekretaris LPM Kemiri Muka.
Menurut data LPM tersebut, selain di RT 05/RW 14, korban banjir juga terdapat di lokasi RW 20 dan RW 03. “Di RW 20 ada lima rumah yang terkena bencana, sedangkan di RW 03 ada dua rumah,” tambahnya. n
Warga: Dinkes Omong Doang!
Apriyadi Hidayat
Beji | Jurnal Depok
Warga korban banjir yang menimpa 15 rumah di Kampung Gotong Royong RT 05 / RW 14, Kemiri Muka, Beji, Kota Depok mengaku tidak mendapatkan perhatian lantaran bantuan yang diharapkan tak kunjung datang, termasuk dari Dinas Kesehatan Kota Depok.
Padahal, selain diserang penyakit gatal-gatal, kini korban banjir diancam penyakit baru, yaitu leptospirosis, penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri leptospira yang menyerang hewan dan manusia. Bakteri ini berbentuk spiral dan dapat hidup di dalam air tawar selama lebih kurang satu bulan. Tapi dalam air laut, air selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat mati.
Gejala klinis leptopirosis, antara lain demam tinggi, menggigil, sakit kepala, malaise (lesu/lemah), muntah, konjungtivitis (radang mata), rasa nyeri otot betis dan punggung. Gejala-gejala ini akan tampak antara 4–9 hari. Nah, pastinya jika warga mendapati ada orang yang memiliki gejala seperti itu perlu waspada dan segera bawa ke Puskesmas atau rumahsakit terdekat.
Pasalnya, dampak dari penyakit tersebut bisa menimbulkan kekuningan yang terjadi pada hari ke-4 dan ke-6, gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian, berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak, batuk darah, nyeri dada, sesak napas, perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernapasan, saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata ( konjungtiva ), keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati.
“Sebagian gejala leptopirosis itu sudah kami rasakan, seperti demam, pusing, batuk pilek, dan diare,” ungkap Ani Haryati (30), ibu RT 05/RW 14 Kemiri Muka, Beji, Kota Depok, kemarin. Ani dan korban banjir lainnya seharusnya tersenyum, karena tim medis dari Dinas Kesehatan Kota Depok berencana memberikan bantuan kepada warga setempat paska banjir yang melanda Jumat (12/2). Namun kenyataan berkata lain. Warga merasa kecewa untuk yang kedua kalinya.
“Katanya, Dinkes mau datang dan ngasih bantuan ke warga sini. Setelah kami tunggu ternyata nggak ada sama sekali bantuannya. Yang datang dari Dinkes cuma dua orang, terus mereka foto-foto saja,” ungkap Ani yang menerima langsung utusan Dinkes itu.
Memang tidak menyinggung masalah penyakit pada warga? “Ngomong sih ngomong. Kata dia (Dinkes, red), yang sakit bawa saja ke Puskesmas Kemiri Muka. Gratis kok, bu. Itu mah sama juga bohong, kami harus ngantre dan bayar registrasi 2.000 perak. Kami inginnya, Dinkes buka posko kesehatan di lingkungan kami untuk memudahkan warga yang memeriksakan kesehatan,” jelasnya.
Seperti diberitakan Jurnal Depok, Senin (15/2), kawasan yang digenangi luapan air Sungai Ciliwung itu memang telah surut, namun masalah baru mulai menghampiri warga, seperti kesulitan air bersih, air minum, dan makanan. Warga juga dijangkiti penyakit pusing-pusing dan gatal-gatal, terutama pada kaki.
“Malah sekarang tambah diare dan batuk pilek pada anak-anak,” imbuh Ani kepada Jurnal Depok, Senin (15/2). Salah seorang ibu lainnya menimpali, “Saya juga salah satu warga yang sakit hati, karena sejak banjir 2007, korban bajir tidak pernah diperhatikan secara khusus. Mereka memang tidak merasa, tapi kami yang merasa sakit,” ungkap Suryati (42) dengan nada emosi.
Sakit hati Suryati memang bukan tanpa alasan. Paska banjir yang menimpa pada 2007 silam, rumah Suryati tersapu habis dan hanya menyisakan pondasi saja. “Sampai sendok pun tidak tersisa. Dan bantuan juga nggak nongol-nongol. Makanya, saya suka kesel dan sakit hati kalau sudah mendengar kata-kata dana bantuan banjir. Itu semua omong kosong,” kisahnya.
Suryati menambahkan, ketika dilanda banjir pada 2007, para warga sekitar tidak merasakan lapar dan kekurangan. Karena bantuan terus mengalir. “Soalnya waktu itu pas mau Pemilu. Jadi banyak partai yang datang ke lokasi. Tapi sekarang nggak ada sama sekali. Cuma ada maunya saja kalau datang. Sekarang warga serba kekurangan,” katanya.
Salah Siapa?
Apakah warga yang salah karena mendirikan bantuan di bantaran sungai? Atau Pemerintah yang tidak tegas dalam pemberian izin bangunan? Pertanyaan itulah yang kemudian muncul dan membuat tanda tanya besar.
“Kami beli tanah dan rumah ini bersertifikat mas. Masa mau menyalahkan kami. Kalau memang ini kawasan terlarang, kenapa diterbitkan sertifikat?,” kata Ani yang sudah tinggal lebih dari 6 tahun itu. n